My adventure, my vision, my confession.

Train Adventure in Jakarta and TM Jambore Sahabat Anak

Last week, my friends and I were going to attend Jambore Sahabat Anak Technical Meeting. We planned on get there together since the venue some distance from our house and riding our own vehicle is somewhat dangerous. After some considerations, we agreed to use KRL (Commuter Line). I was so excited because after two years live in Jakarta, I never went somewhere here using train :D

So Sunday (17/06), we had met in campus first before went to the rain station. We missed our train since some of us were late because they had important schedule at the time. We were quiet afraid of can't be at the venue on time but luckily, we got a train (economic class though) that go towards Jakarta Kota.

Economic Class ticket
Inside the train.

We decided to change train in Kampung Bandan Station to Commuter Line because KRL is faster and more comfortable.

Kampung Bandan Station

And finally, we got there: Museum Bank Mandiri
It's a relief we were on time :)


We were briefed about how Jambore Sahabat Anak schedule and what we got to prepare. There was also a little workshop about how we should deal with children and how to treat them right. I was so excited! After the workshop, they announced groups division and we gathered with our group. I'm responsible in Kebayoran group. I was acquainted with some friends from other colleges and even some of my the group member is graduated already! I hope we can make a great team together :)

After the Technical Meeting, my friends and I go to Kota Tua for early dinner. Kota Tua was so crowded since it was weekend. The special thing we can find in this place every weekend is street musicians! They gathered and performed there and they are undoubtedly awesome! Unfortunately, we got to be fast since it was almost night and we didn't want to miss the train to return home.

I got home by 9 PM. I caught flu because I forgot to bring jacket (uh). It was too quick >_< I will surely travel around Jakarta again. One full day. Yeah! Because Jakarta is not about traffic and mall. There are a lot of unique, interesting, and historical places worth to visit. I really want to go to Soe Hok Gie's cemetery anyway.

Thanks for reading! Have a nice day, readers!

Es Pisang Ijo dan Adik-Adik Saya




Saya adalah seorang mahasiswa yang tinggal jauh dari orang tua. Saya berkuliah di ibukota Indonesia, Jakarta, sedangkan keluarga saya tinggal di provinsi Jawa Tengah, tepatnya di kota Semarang. Saya memiliki dua orang adik perempuan bernama Elin dan Elinna. Hal terberat bagi saya saat memutuskan untuk merantau ke ibukota mungkin adalah meninggalkan kedua adik kecil saya ini. Saya begitu mengkhawatirkan banyak hal mengenai mereka yang menurut orang-orang sebenarnya tidak terlalu penting seperti misalnya bagaimana bila ada yang mengganggu adik saya atau bagaimana bila Ibu berhalangan untuk menjemput adik di sekolah. 

Jarak antara Jakarta-Semarang dapat ditempuh sekitar sepuluh jam dengan menggunakan mobil. Paling cepat satu jam dengan pesawat yang tentunya memakan biaya perjalanan yang tidak murah. Ditambah dengan jadwal kampus saya yang dapat dikatakan cukup ketat dan berbagai kesibukan lainnya, saya hanya dapat pulang ke Semarang setiap liburan setelah Ujian Tengah Semester (UTS), Ujian Akhir Semester (UAS), atau libur nasional yang masing-masing panjangnya rata-rata adalah satu minggu. Satu minggu ini tentunya adalah momen yang sangat berharga untuk saya. Satu minggu yang saya alokasikan khusus untuk pulang ke Semarang dan berkumpul bersama keluarga. 

1 Januari 2012 lalu, saya dengan keluarga pergi ke Mall Ciputra, Semarang, untuk makan siang bersama sekaligus merayakan pergantian tahun yang baru ini. Kami memilih untuk makan di pujasera agar kami dapat memilih menu makan sesuai dengan selera kami masing-masing. Saat menunggu pesanan diantar, mata saya tergoda dengan sebuah stan kuliner khas Sulawesi. Dari meja tempat kami akan makan, saya membaca satu per satu menu yang dijual. Saat itu lah saya menemukan menu ini ‘Es Pisang Ijo’. 

Es pisang ijo adalah salah satu hidangan khas Sulawesi, tepatnya Makassar. Es ini terdiri dari pisang yang dibungkus dengan kulit dari tepung terigu yang diberi warna hijau, bubur fla, kacang sangrai, es serut dan sirup berwarna merah. Rasanya manis dan sangat menyegarkan. Di kampus saya sendiri, es pisang ijo adalah salah satu jajanan yang cukup populer dan digemari. Mengetahui bahwa adik-adik saya belum pernah mencicipi, saya menjadi tergoda untuk memamerkan salah satu ‘makanan gaul’ anak kos ini. 

Keluarga saya termasuk keluarga yang berkecukupan. Namun pada hari itu, saya menolak uang dari Bapak saya dengan alasan ingin sesekali mentraktir adik-adik saya dengan uang simpanan saya sendiri. Karena Bapak dan Ibu saya tidak terlalu suka makanan manis, saya hanya memesan tiga mangkok es pisang ijo masing-masing untuk adik saya dan saya. 

Es pisang ijo pesanan kami siap dalam jangka waktu kurang dari lima menit. Begitu tiba, saya tersenyum melihat ekspresi adik-adik saya yang agak ragu dengan hidangan berwarna putih-merah-hijau yang ada di hadapan mereka. Saya mulai menyendok es pisang ijo milik saya. Kedua adik saya pun mengikuti. Dalam suapan pertama, ekspresi mereka berdua mendadak berubah menjadi semangat untuk melahap es pisang ijo milik mereka. Saya tertawa melihat binar-binar di mata mereka berdua. “Kalian kok ndeso banget, sih. Hehehe,” canda saya. Kedua adik saya hanyamesem dan melanjutkan untuk memakan. Pada saat melihat keceriaan adik-adik saya saat memakan es pisang ijo milik mereka, saya merasakan sebuah kehangatan dalam dada saya. Saya sangat terharu melihat bagaimana traktiran kecil saya ini dapat membuat kedua adik saya tersenyum. Saya sangat bahagia saat melihat kedua adik saya bahagia. 

Saking sibuknya memerhatikan adik-adik saya makan, saya tidak sadar bahwa es pisang ijo milik saya sendiri bahkan belum habis setengahnya ketika kedua adik saya sudah menyelesaikan suapan terakhir mereka. Biasanya, bahkan ketika saya sudah SMA, saya terkadang masih berebut makanan dengan adik-adik saya. Entahngambek karena adik saya mendapatkan potongan kue yang saya rasa lebih besar daripada milik saya, atau hal lainnya yang dewasa ini saya fikir ternyata tidak penting sekali. Tapi siang itu berbeda. Ketika melihat adik saya melirik-lirik es pisang ijo saya dengan penuh minat, saya tersenyum dan bertanya apakah mereka ingin es pisang ijo lagi. Mereka mengangguk. Setelah menyendok satu suap fla, saya geser mangkuk saya ke mereka dengan syarat es pisang ijo ini harus mereka bagi dua. Rasangambek dan iri yang biasanya saya rasakan, kali itu tidak saya rasakan sama sekali. Yang saya rasakan hanyalah rasa bangga dan rasa syukur karena saya dapat membahagiakan harta saya yang paling berharga. Mungkin perasaan seperti inilah yang membuat orang tua saya tidak pernah lupa membawa oleh-oleh saat pulang dari dinas atau ketika sedang berada entah di mana yang mereka tahu putri-putri mereka akan senang bila berada di tempat tersebut. 

Lewat es pisang ijo, saya menjadi lebih faham tentang makna berbagi dan makna keluarga. Saya lebih memahami makna ketulusan dan saling mengasihi. Setiap kali melihat warung yang menjajakan es pisang ijo, saya menjadi teringat dengan tujuan saya menempuh ilmu di Jakarta ini: Suatu saat ketika sudah bekerja nanti, saya ingin membiayai pendidikan adik-adik saya dengan uang saya sendiri. Saya ingin membantu orang tua saya sekaligus membantu adik-adik saya untuk meraih impian mereka. Semangat saya yang sedang redup pun akan menyala kembali. Saya menjadi sangat bersemangat. Ketika memakan es pisang ijo, rasa kangen saya terhadap adik-adik saya dan Bapak-Ibu menjadi sedikit terobati. Karena es pisang ijo pula, saya semakin rajin untuk menyisihkan uang yang saya miliki, entah uang bulanan dari Bapak-Ibu, uang hasil mengajar les, atau mengisi acara kampus, untuk tabungan masa depan sekalian ‘traktiran-traktiran kecil’ untuk keluarga saya saat saya sedang liburan. 

Terima kasih, es pisang ijo!

Elna Lalita

(Jakarta, Juni 2012)

Do You?

Do you promise that you will not give up
until your heart beats no more
and your wings will shatter upon the floor?

And if your time does end
do you promise me
that you will fly into heavens
and then fly away
far away then?

But if your heart will fall
I will stitch it back
into its rightful place
among the stars in the highest heavens

And if your time does end
do you promise me
that someday you will fly back into my hands
and do you promise me your love?

Do you remember when you could fly into the night sky
Do you?


It's Not Always You Say and They Do.

When you tell your judgement to people about themselves, you would get those two spontaneous reactions: Rejections or acceptance. Mostly, rejections for negative (bad) judgement and acceptance for good ones. Both of those will later lead them into long-term, pasca-judgement, reactions: Change themselves or stay with their current personality.

Most people think when they tell someone about his/her what-they-think negative traits, that someone would change his/her into positive. Because, yes, a negative traits is supposed to be changed indeed. But there's some weakness here:
  1. Your judgement is not always true, 
  2. Not everyone could improve themselves that way, and 
  3. A judgement could happen to affect human subconscious.
Here's the example:

You say to someone that you think she's so generous. After that, unconsciously, she will start regularly give money to beggars. Why? Because 1. She is generous. Or 2. She thinks she is.
That's example for positive judgement. Let's move to the negatives.
Example 2. You say to someone that you think she's so noisy and annoying. From this movements, we will get two reactions:
  1. She will start controlling her mouth, realizing how her fussiness could annoy people around her, and start listening to others. Nice.
  2. She will become even fussier. She start to devil-may-care with people's mind. Part of self development? Maybe yes. Maybe no.


I bet most of you think the reason why she is fussier is that she's only rejecting the judgment. She can't accept criticism. But no guys, there's one reason again: She's accepting what you said about her. Her mind is unconsciously persuade her that she is it is. Which is, your judgment, since it's based on your opinion, is very likely to be false.

And none of us want that.

That's what I learn from become a such kind of fortune-teller these past years. It's not just about telling people prediction. It's about people life. We are not God, don't play God then. Like that.

We are meant to be good to people, but sometimes, what we do is, in reality, not always come out good. But still, there must be a better way.



Thanks for reading.
@elnalalita

2010 Back Then

Two years ago, we said,
"It's OK. We still have two years to be together."
We laughed. Promise our self that we will cherish every second we have.
Now, we're counting down time, what's left from our two years is just days.

I will miss you a lot.
Take care.

My Favorite Anime Ending Ost.

Yo, I'm taking a day off today. I spend morning by watching movies and browsing. I was watching 'Special A' when suddenly I remember some animes I used to watch when I was a kid. I didn't watch TV a lot though but still able to remember pretty clearly those soundtrack. Anyway, here we go, my most favorite anime ending Ost.

1. Sexy Sexy (Ghost at School Ost.)


Until even now, I still don't get the meaning of 'sexy sexy' in this song. But that's somewhat funny :))

2. Ne, Nande? (Trouble Chocolate Ost.)



Such a deeply sad song. Very meaningful though. Sometimes I burst into tears while listening to this song. Hinano (the main female character) has undoubtedly beautiful smile. I use her picture to my Y!M avatar until now.

3. Snow Flower (Tiny Snow Fairy Sugar)




OMG it's very beautiful.





Well, I think that's all for now. I will update this post later when I find the others.
So, have a nice day, guys!

Custom Post Signature

Custom Post  Signature