My adventure, my vision, my confession.

How to Uninstall Office 15 Click-to-Run Extensibility Component

Yay, another IT tutorial :)

Just like the title says, it's a tutorial about how to uninstall Office 15 Click-to-Run Extensibility Component. You may encounter this problem while installing/re-installing Microsoft Office when you had already installed another version of Microsoft Office before.


The pop-up error message.

You will not find this component on Add/Remove Programs on Control Panel. Yet how to solve this error is very simple:

1. Open Registry Editor
    Windows 8.1 or above: Click Start --> type 'regedit' and enter.
    Windows 7 or Vista: Click Start --> in the search box, type 'regedit' and enter.
    Windows XP: Click Start --> click Run --> in the Run window, type 'regedit' and enter.


2. After Registry Editor opened, go to: Computer\HKEY_CLASSES_ROOT\Installer\Products

3. In Products folder, you will find many folders. Folders we'll need begin with 00005 on its name (see image below).


4. Find and delete all folders which contain Office 15 Click-to-Run Extensibility Component on ProductName.


5. After deleting all required folders, launch the Microsoft Office installer again and voila! let the installation begins.



That's all. Quite simple right?

Btw, I am using Windows 8.1 and haven't try it on another OS yet. But I expect it will work also.

Hope it helps and please let me know if something need to be updated on this tutorial.

Thanks and have a good day.

Hatur Doa dalam Jarak

Sudah lewat dua bulan sejak 19 September 2014.
Sejak Tuhan menjemput kak Krishna dalam lelap tidurnya di Jumat pagi.

Beberapa hari yang lalu, ketika membuka Facebook, tidak sengaja saya membaca update status mas Arya (masnya almarhum kak Krishna). Ketika itu saya tersenyum dan menyadari betapa rindu saya kepada kak Krishna. Jarak di antara kami terasa jauh sekali. Seperti saat lalu, ketika saya tinggal di Jakarta sedangkan kak Krishna ada di Semarang. Padahal, saat ini kami sudah berada di kota yang sama. Sama-sama di Semarang. Jarak rumah saya ke makam ataupun rumah kak Krishna pun tidak sampai 30 menit dengan kendaraan. Aneh rasanya ketika sesuatu yang padahal dekat terasa sangat jauh. Saya termenung. Bahwa mungkin saat ini kak Krishna sudah jauh melanjutkan perjalanannya ke babak selanjutnya dalam kehidupan manusia. Cukup sukar dimengerti, tetapi dalam waktu yang sama juga ada keyakinan dalam diri saya yang merasa bahwa beliau masih berada dekat di sini, yang mana bisa jadi sebenarnya hanya pengharapan atau penghiburan dari saya untuk diri saya sendiri. Hehehe.

Mengenai perasaan aneh terkait jarak ini, saya teringat dengan perkataan ibu saya dulu ketika saya harus kembali ke Jakarta,

Arwah itu udara. Kalau kangen, doakan saja. Pasti doanya akan sampai ke dia.

Dan itu menjadi penghiburan bagi saya setiap kali saya merindukan orang-orang terkasih saya yang sudah terlebih dahulu meniti setapak menuju surga. Saya yakin bahwa lewat doa, rindu dan cinta yang kita rasakan dapat tersampaikan kepada mereka. Mereka masih ada dan mereka bersama kita dalam perlindungan Tuhan yang mencintai umat-Nya.





Al-faatehah.

Beberapa Masalah ketika Menggunakan e-SPT


#1

Tidak Dapat Mencetak SPT: Could not load file or assembly crystaldecisions windows forms version 13.0.2000.0

Answer:
Masalah tersebut terjadi karena Crystal Reports Assembly yang ada pada komputer kita tidak terinstall atau versi yang terinstall adalah bukan versi yang benar.
Solusinya, install aplikasi Runtime of Crystal Reports berikut (sesuaikan dengan versi Windows kita).
32Bit 64Bit

#2

Tidak Dapat Mencetak SPT: Occurrence of user-interacted or failed conversion

Answer:
Masalah ini kerap ditemukan oleh pengguna Nitro PDF. Namun demikian, solusi berikut juga dapat digunakan oleh pengguna aplikasi lain sejenis yang mengalami masalah yang sama.

a. Uninstall Nitro PDF (atau aplikasi PDF creation lain) yang terinstall di komputer kita.
b. Download dan install versi terbaru dari Nitro PDF (www.nitropdf.com).
c. Restart aplikasi e-SPT.
d. Pada beberapa komputer, komputer harus direstart terlebih dahulu agar Nitro PDF yang baru dapat ter-install dengan sempurna.
e. Siap digunakan :)

Convert audionote to mp3

Hi everyone! Nice to see you on blog again! In this post, I am going to write a tutorial about how to convert files with extension .audionote to .mp3. I have just found out this step yesterday and found it useful so I want to share it here. I try it on Win7 and haven’t tested it in other OS but I think it shall work universal.

.audionote is an Apple recording file’s extension. Just like some other Apple’s extensions, this extension cannot simply be played on non-Apple devices and it is pretty hard to find software to convert it to another type of sound extension like .mp3. This tutorial might be useful if you need to share a recording file (your teacher’s presentation, workshop, phone call with your girlfriend (kidding), etc.) from your Apple device to be played to another non-Apple device in very simple steps. Here it goes:


1. Open the folder containing your .audionote file. Make sure you can see your file’s extension. If it is not shown, you can follow these additional steps:

a. Go to Control Panel
b. Click Appearance and Personalization
c. Click Folder Options
d. On tab View, uncheck Hide extensions for known file types
e. OK


2. Press F2 or right click - rename on your file. Rename the .audionote to .rar (or .zip).


3. Right click again and extract your .rar file.


4. After the extraction, you will have some files as above. The file you will convert next is the one with .caf extension (actually it is play-able already in some music software).



5. Convert your .caf file to .mp3 using sound converter software or online converter website. I am using http://media.io/

6. Enjoy your new recording file! Now you can play it on your Windows PC, Android, Blackberry, and other players.

Hope it works and helpful for you. If you have questions or found error related to this tutorial, please let me know by leaving comment below or contact me via email. Thanks for reading and have a good day.

Cung

Kali ini, izinkan sekali lagi bagiku

melantunkan

sapa bagimu lewat surat pada secarik kertas yang kubentuk pesawat lalu kuterbangkan dari tebing yang mampu kau temukan di pegunungan;

rindu yang menemaniku, yang kurangkai dalam kisah dan kupasrahkan pada debu jalanan dan angin malam;

amarah dan air mata yang kularung di lautan.

Berharap semesta berkenan memberikan keajaibannya sekali lagi bagi kita.
(Bukankah tiada pernah habis keajaiban-Nya?)

Cung, kapan-kapan,
bertemu lagi ya.


Surat dari Jelangkung

Pada suatu malam saya melihat dua amplop kembar di kotak surat kantor: buat saya dan buat Sahal, kolega saya yang lucu itu. Tentu saya buka yang punya saya. Empat lembar kertas bertanggal 20 Suro 1453 Saka. Wah, saya sedikit kurang pandai menghitung di luar kalender Masehi. Tanggal itu--terutama angka 1453 Saka--seperti mengantar saya masuk ke waktu Mpu Gandring. Padahal ini kira-kira bulan April di zaman merdeka.
Surat itu berkop INSTUPA, yang adalah Institut Supranatural Sangkan Paran, sebuah lembaga yang tak terpikirkan. Pengirimnya adalah sang ketua umum, bernama Edi Jelangkung, MAG--MAG barangkali singkatan dari Master Alam Gaib. Ia menorehkan tandatangannya pada secarik kecil kain kafan. Hii, ngeri juga saya.
Maka, saya baca surat itu. INSTUPA didirikan oleh YAMUS, yaitu Yayasan Ngelmu Sejati, juga lembaga yang, kalaupun ada, tidak pernah bersentuhan dengan saya. Mereka merencanakan membuat perguruan tinggi kebatinan pertama yang bertaraf internasional di Semarang. Dan berdasarkan "terawangan batin" yang mereka lakukan, nama saya (berarti juga nama Sahal) termasuk dalam calon yang memenuhi syarat untuk diseleksi. Kami akan diwawancarai melalui semadi pada malam Jumat Kliwon 1 Mulud, dan apakah kami diterima jadi asisten dosen akan dikirim lewat mimpi atau wangsit.
Entah jin mana yang mengusulkan nama saya pada mereka. Sial betul! Saya pastilah merasa tak mampu. Apalagi, membaca fasilitas pendidikan dan kurikulumnya. Coba, fasilitas pendidikannya antara lain: istana Nyi Ratu Kidul, laboraturium kuburan wingit, ruang semadi, akses langsung ke arwah leluhur. Saya khawatir jika menggunakan sarana itu saya tak bisa balik. Ke istana Nyi Roro Kidul? Maturnuwun. Berenang saja saya tak mau menyelam. Lantas, kurikulumnya: Antropologi Makhluk Gaib, Teori Arwah Gentayangan, Statistik Makhluk Halus 1 dan 2, Metodologi Santet, Analisa Eksistensi Jin, Seminar Santet, Sistem Perbandingan Guna-Guna, Kuliah Kerja Keramat, dan sejenisnya yang membuat saya kepingin kencing.
Perut saya makin mulas membaca nama-nama pengampu utamanya: Edy Jelangkung, Dr. Roni Jrangkong, Joko Gosong Samber Bledhek, Prof. Bobohobo, Antinton Hilman (wah, maaf, yang ini kedengarannya kok seperti anak gaul yang mengeja nama mendiang pengajar bahasa Inggris Anton Hilman? Apalagi Antinton yang ini akan mengajar bahasa mantra).

***

Saat itu kira-kira pukul 10 malam dan saya sendirian. Segera saya telepon Sahal. (Handponnya pernah kecemplung di got, tapi sekarang sudah beres.)
"Gawat, Hal!" kata saya. "Kita dapat surat dari Jelangkung."
Yang celaka, ada tertulis: "Surat ini harus diserahkan kembali kepada kami dengan meletakkan di kuburan terdekat (sertakan sobekan kain kafan, minyak jakfaron, kembang telon, dan kemenyan madu)." Konon, kurir mereka akan mengambil surat itu secara gaib. Tapi Sahal lagi di rumah Mas Goen dan dia hanya tertawa-tawa, tak memperhatikan cerita saya.
Sendirianlah saya. Merenung, haruskah saya mengirim kembali surat itu. Betapa repot: harus ke Tanah Abang yang penuh copet beli minyak jakfaron (kalau mau murah), berbagi kain kafan dengan Sahal, dan ke kuburan. Tapi kalau tidak saya kirim, apakah mereka akan menagihnya secara gaib?
Saya putuskan untuk pulang saja, meninggalkan surat Jelangkung di meja kantor. Saya tidak mau membuangnya. Barangkali karena takut kualat, padahal siapa tahu itu cuma tipuan April Mob yang datang telat. Atau sebetulnya saya ngeri-ngeri senang dengan yang gaib-gaib atau ganjil-ganjil. Misterius, gitu, bikin keri seputar udel. Saya menyimpan surat itu, seperti saya menyimpan sepucuk surat ganjil yang pernah saya terima tak lama setelah saya menerbitkan Saman. Pengirimnya pernah menelepon dan bilang pada teman saya bahwa ia akan menikah dengan saya. Penggemar? Gak juga, sebab ketika berpapasan, dia ternyata tidak mengenali saya. Dia bilang pada kawan saya, berita itu (pernikahan kami) harus dirahasiakan sebab dia adalah anggota Rolling Stone. Ia mengawali suratnya dengan kalimat ini: "Kuwalat, karena telepon 108 merahasiakan nomer telepon mantan Presiden Soeharto maka perkenankanlah saya menulis." Dan mengakhiri dengan "ubun-ubun saya sakit."
Sesungguhnya saya tak boleh ge'er. Surat itu pun tak persis ditujukan untuk saya, sebab dia menulis sederet nama: Nicky Astria, Andi Mariam Matalatta, Lala Aminah Cendrakasih, Ayu Utami, Soeharto. Itu mungkin kali pertama nama saya ditulis berdampingan dengan nama Pak Harto. Apapun, saya suka menyimpan surat ganjil semacam itu. Pukul 12 malam barulah Sahal datang ke kantor dan membuka surat itu sendirian. konon, setelah tengah malam gelombang manusia dan roh halus lebih gampang bertemu. Tentu dia lebih takut daripada saya tadi.


Si Parasit Lajang
@BilanganFu

Custom Post Signature

Custom Post  Signature